Tuesday, May 13, 2014
Monday, May 5, 2014
Tugas 8 – Mengapa Laporan Keuangan Memiliki Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode Perubahan Harga
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat
sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya ( yang
lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya
pengeluaran dan dibesarkannya laba. Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi
(1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2)
anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak
dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang
dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
·
Kenaikan dalam
proporsi pajak
·
Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
·
Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada
pekerja
·
Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti
pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar )
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Mata uang konstan biaya historis atau equivalen daya beli umum merupakan jumlah
mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli). Jumlah nominal merupakan jumlah mata uang yang belum disesuaikan
sedemikian rupa. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur
panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut
dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi),
pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang
mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva
tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk
perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan
transaksi kini.
Jika
harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk pajak, deviden,
gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan
memiliki cukup sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan
harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan
dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan
keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan
yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam
mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini
), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata
uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian
sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli
10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya
berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini
menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (
ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun
dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali
lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk
membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu,
mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1.
Pengaruh perubahan
harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu
perusahaan.
2.
Mengelola masalah
yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas
masalah tersebut.
3.
Laporan dari para
menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah
dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas
masalah-masalah tersebut.
Meskipun
laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif
inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi
inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur
panjang kebanyakan harta. Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya,
perubahan harga khusus bisa menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga umum
tidak banyak berubah.
Source:
Choi, Frederick.
D. S. dan Gary K. Meek.2012.International Accounting Edisi 6
Buku 1.Jakarta:Salemba Empat
Tugas 7 – Keuntungan dan Kerugian Translasi Mata Uang Asing
Jika
sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan
lokal), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu
dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan
mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut.
Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari
sudut pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan
keuangan yang di translasikan (sudut pandang induk perusahaan), sangat
disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera
mungkin.
Sudut pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar
negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian
translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam
mata uang domestic dan harus diakui.
PSAK
No.10 menyatakan bahwa keuntungan dan
kerugian akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode
dimana kurs mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu
transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih
kurs diakui dalam periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya
suatu transaksi berada dalam beberapa periode transaksi, maka selisih kurs
harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk
masing-masing periode. Secara Internasional, perlakuan akuntansi atas
penyesuaian – penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur
translasi. Pendekatan – pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari
penangguhan hingga tidak ada penangguhan.
a.
Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva
bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh
terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing.
Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi. Dikeluarkannya penyesuaian
translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini
hanyalah hasil dari proses penyajian ulang.Perubahan nilai ekuivalen mata uang
domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan
dan tidak berpegaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari
entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika penyesuaian
seperti itu ke dalam laba sekarang.Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian
translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas
konsolidasi.
Parkinson menawarkan alasan tambahan yang mendukung dilakukannya
penangguhan : Keuntungan dan kerugian tersebut berkaitan erat dengan investasi
jangka panjang – bahkan mungkin suatu investasi permanen yang dilakukan oleh
suatu induk perusahaan ke dalam anak perusahaan asing, bahwa keuntungan dan
kerugian tersebut tidak dapat direalisasikan hingga operasi luar negeri
dihentikan dan semua aktiva bersih dibagikan ke induk perusahaan. Tidak
terdapat keuntungan dan kerugian yang akan pernah dapat direalisasikan.
Hasil operasi yang dicatat dalam periode setelah revaluasi mata uang
(ditranslasikan menurut kurs nilai tukar kini pada waktu itu) akan menunjukkan
kenaikan atau penurunan kekayaan operasi luar negeri dan dalam keadaan ini,
tidak diperlukan pencatatan keuntungan dan kerugian translasi satu waktu dalam
laporan laba rugi, bahwa kenyataannya pencatatan keuntungan dan kerugian tersebut
dapat saja menyesatkan. Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi menutupi
perilaku perubahan kurs nilai tukar, yaitu perubahan kurs merupakan fakta
historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh
fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai
dengan FAS No.8 (par.199),"Kurs nilai tukar berfluktuasi: akuntansi
harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil."
b. Penangguhan dan Amortisasi
Penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini
selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang
akan ditangguhkan dan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu
dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau
ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian
terhadap beban bunga.
c.
Penangguhan Parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera
mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan,
hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan
terjadinya perubahan kurs. Pendekatan ini juga tidak memiliki kriteria
eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasi. Pada
masa lalu, perusahaan mengurangkan keuntungan periode berjalan dengan kerugian
pada masa lalu dan menangguhkan selisihnya. Keuntungan dan kerugian translasi
akan terhapuskan dalam jangka panjang.
d.
Tidak Ditangguhkan
Mengakui
keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin.
Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan
akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan
fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai
tukar. Untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba
rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun
bersifat palsu dan cenderung menyesatkan.Memasukkan keuntungan dan kerugian
translasi dalam laba tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi laba yang
sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.Akan menyesatkan
para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu memberikan
informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs
nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.
Keuntungan dan
kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
dalam mata uang domestic dan harus diakui
Source:
Tugas 6 – Menjelaskan 2 Metode Translasi Mata Uang Asing
Translasi mata uang asing
adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata
uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari
satu mata uang ke mata uang lain secara fisik. Perbedaannya adalah, Translasi
hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah neraca yang
dinyatakan dalam poundsterling Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen
dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi
terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik
yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
Istilah dalam translasi
mata uang asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu
mata uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang
berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang
beresiko,
merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang
asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang
diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan
menggunakan kurs kini.
4.
Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu perjanjian
untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang
digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata
uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs histories,
merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau
kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang
digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot,
merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang
timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu
perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar
istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS)no.52, 1981.
10. Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk
keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang
merupakan atribut suatu aktiva.
11.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke
dalam mata uang lain.
12.
Kurs kini,
nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
13.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang
berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
14.
Posisi aktiva bersih yang
beresiko,
kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
15.
Mata uang asing, suatu mata uang selain mata
uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan
yang digunakan oleh perusahaan.
16. Laporan keuangan dalam
mata uang asing, laporan keuangan yang
menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
17. Transaksi mata uang
asing, transaksi (yaitu penjualan
atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan
syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional
perusahaan.
18. Translasi mata uang
asing, proses untuk menyatakan
jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam
mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang
tersebut.
19. Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan
yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan
metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam
mata uang asing selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
20. Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang
dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada
tanggal tertentu di masa depan.
21. Mata uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau
menggunakan kasnya.
22. Kurs histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan
pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau
terjadi.
23. Mata uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan;
mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar
negeri.
24. Pos-pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima
sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
25. Mata uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.
26. Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu
piutang tertagih.
27. Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu
segera.
28.
Tanggal transaksi, tanggal saat suatu transaksi
dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
29.
Penyesuaian translasi, penyesuaian yang timbul dari
proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan
menjadi mata uang pelaporannya.
30.
Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan
dan beban.
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi
cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu,
translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini
akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya
dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh
pemerintah, dan globalisasi pasar - pasar modal dunia, yang telah meningkatkan
pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan.Perkembangan - perkembangan
seperti ini telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif -
eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan
konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing.
ALASAN TRANSLASI MATA UANG ASING
Translasi mata
uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke
mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi
mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan
keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk
perusahaan.
Tiga alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing,
yaitu:
1.
mencatat
transaksi mata uang asing;
2.
memperhitungkan
efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; dan
3.
berkomunikasi
dengan peminat saham asing.
Metode – Metode Yang
Digunakan Dalam Translasi Mata Uang Asing
1. Single Rate Method
Metode ini
sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs
terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer.
Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan
menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui.
Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan
menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode
tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya
sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan
usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan
menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan
untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut. Berdasarkan pendekatan
translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh
perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua
laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta,
metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya.
rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual
yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan
hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu.
mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam
metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan
perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana
perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh
sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA
1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari
perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya
historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai
aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs
berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal
dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi
valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi
berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut).
Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar
negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
2. Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi.
1.
Metode
berlaku-historis.
Berdasarkan
pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain
sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak
di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya
dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan
dengan kurs historis. Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan
amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi
atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan
dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs
historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi
ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang
memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan
kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi
seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
2.
Metode
moneter-nonmoneter
Seperti
halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola
klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena item-item
moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan
item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan
nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
3. Metode
Temporal
Menurut pendekatan temporal, translasi
valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai
tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut
suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran.
Translasi saldo valuta
asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak
penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang
dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang
diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan
aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh
atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur
berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan),
seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada
dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan
basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing
adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang
berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal
dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur pada
jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada
tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan
harga uang tersebut.
Source :
Choi, Frederick D. S.
dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
Tugas 5 - Bagaimana Praktek Pengungkapan Akuntansi Dipengaruhi Oleh Perbedaan Tata Kelola Keuangan Perusahaan Di Suatu Negara
Standar dan praktik pengungkapan
dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik ekonomi,
tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan pengaruh lainnya.
Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam
tata kelola perusahaan dan keuangan.
Memusatkan perhatian hanya kepada aturan pengungkapan
tampa melihat praktik pengungkapan yang nyata akan menyesatkan. Aturan
pengungkapan diseluruh dunia sangat berbeda dalam beberapa hal seperti laporan
arus kasdan perubahan ekuitas, transaksi pihak terkait, pelaporan segmen, nilai
wajar aktiva dan kewajiban keuangan dan laba persaham.
1. Pengungkapan Informasi yang Melihat Masa Depan
Pengungkapan informasi yang melihat masa
depan dianggap sangat relevan dalam pasar ekuitas seluruh dunia. Istilah
”Informasi yang melihat masa depan” mencakup:
1.
Ramalan pendapatan, laba (rugi), laba (rugi) persaham (EPS),
pengeluaran modal dan pos keuangan lainnya.
2.
Informasi prospektif mengenai kinerja atau posisi ekonomi
masa depan yang tidak terlalu pasti bila dibanding dengan proyeksi pos, periode
fiskal, dan proyeksi jumlah.
3.
Laporan rencana manajemen dan tujuan operasi dimasa
depan.
2. Pengungkapan segmen
Permintaan investor dan analis akan informasi mengenai
hasil operasi dan keuangan segmen industri tergolong signifikan dan semakin
meningkat. Contoh, para analis keuangan di Amerika secara konsisten telah meminta
data laporan dalam bentuk disagregat yang jauh lebih detail dari yang ada
sekarang. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas
pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna
laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam
suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan.
3. Laporan arus kas dan arus dana
IFRS dan standar akuntansi di Amerika Serikat,
Inggris, dan sejumlah besar negara-negara lain mengharuskan penyajian laporan
arus kas.
4. Pengungkapan tanggung jawab sosial
Saat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa
tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) – karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah,
kelompok aktivis, dan masyarakat umum. Informasi mengenai kesejahteraan
karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang
permasalahan yang yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan
pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan
tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor
karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan
produktivitas perusahaan.
5. Pengungkapan khusus bagi para pengguna laporan
keuangan non domestik dan atas prinsip akuntansi yang digunakan
Laporan keuangan dapat berisi pengungkapan khusus untuk mengakomodasi
para pengguna laporan keuangan nondomestik. Pengungkapan yang dimaksud seperti
:
a)
Penyajian ulang
untuk kenyamanan informasi keuangan ke dalam mata uang nondomestik.
b)
Penyajian ulang
hasil dan posisi keuangan secara terbatas menurut keompok kedua standar
akuntansi.
c)
Satu set lengkap
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kelompok kesua standar akuntansi;
dan beberapa pembahasan mengenai perbedaan antara prinsip akuntansi yang banyak
digunakan dalam laporan keuangan utama dan beberapa set prinsip akuntansi yang
lain.
Di Amerika Serikat, Inggris, dan negara
– negara Aglo Amerika lainya pasar ekuitas tersebar luas antara pemegang saham
dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan.Investor intitusional
memainkan peranan penting, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang
saham yang meningkat. Pengukapan public sangatlah maju sebagai respons terhadap
akuntabilitas perusahaan public.
Di Negara lain seperti Prancis, Jepang,
dan beberapa Negara berkembang kepemilikan saham masih tetap sangat
terkonsentrasi dan bank merupakan sumber utama pembiayaan perusahaan maju di
pasar – pasar ini dan perbedaan besar dalam jumlah informasi yang di berikan
kepada pemegang saham besar dan kreditor dengan yang diberikan kepada public
masih diperbolehkan. Dan menetapkan disiplin perusahaan.
Banyak perusahaan di negara-negara yang
tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama juga melakukan
penerjemahan seluruh laporan tahunan dari bahasa negara asal ke dalam bahasa
Inggris. Juga, beberapa perusahaan menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan
standar akuntansi yang diterima secara lebih luas daripada standar domestik (khususnya
IFRS atau GAAP AS) atau yang sesuai dengan baik standar domestik maupun
kelompok kedua prinsip akuntansi.
Source:
Yudi Herliansyah SE, Ak. Msi, Akuntansi Internasional
Frederick D.S.Choi,Gary K.Meek,Akuntansi Internasional
Subscribe to:
Posts (Atom)