Toponimi Jakarta
Toponimi adalah ilmu yang mempelajari asal nama suatu tempat . Dari mana datangnya sebuah nama? Ternyata banyaaak! And here’s the stories goes on…
Cawang : berasal dari nama letnan melayu bernama Enci Awang yang bermukim di kawasan ini bersama pasukannya. Awang merupakan panggilan akrab dari Anwar. Lama kelamaan, Enci Awang lebih akrab dpanggil Cawang.
Glodok : ada yang bilang berasal dari grojok. Grojok itu penyebutan dari bunyi air mancur yang jatuh ke dasarnya. Pada zaman dulu di daerah ini terdapat waduk tempat menampung air dari kali Ciliwung yang dikucurkan dari pancuran kayu. Orang-orang Tionghoa enggak bisa menyebut grojok dengan benar, akhirnya disebutlah Glodok. Versi lain menyebutkan nama Glodok berasal dari jembatan Glodok yang melintasi kali besar(Ciliwung). Disebut Glodok karena ujung-ujung jembatan ada tangga-tangga tempat mencuci dan mandi. Dalam bahasa Sunda, tangga – tangga itu disebut Glodok.
Gondangdia : ada 3 versi asal usul nama Gondangdia :
1. Berasal dari pohon Gondang, yaitu sejenis pohon beringin yang tumbuh di tanah basah dan berair. Kemudian ada di kawasan ini.
2. Berasal dari binatang air sejenis keong Gondang, yang artinya keong besar kayak gini disini.
3. Dari nama seorang kakek yang terkenal dan disegani masyarakat di daerah ini. Sering dipanggil Kyai kondang. Akhirnya nama tempatnya juga dihubung-hubungkan sama sang kakek dan disebut Gondangdia (kondang dia atau dia yang terkenal)
Kampung melayu : pada abad ke-17, kawasan ini dijadikan tempat pemukiman orang-orang melayu yang berasal dari semenanjung Malaka.
Kemayoran : asalnya dari pangkat mayor yang dipegang Isaac de Saint Martin. Lelaki asal Perancis yang membaktikan dirinya untuk berperang bersama VOC.
Kebayoran : berasal dari kata kebayuran yang berarti tempat penimbunan kayu bayur. Kayu bayur dikenal sangat baik digunakan buat dijadikan bangunan karena tahan rayap.
Lebak Bulus : lebak itu berarti lembah. Bulus adalah kura-kuara yang hidup di darat dan air tawar. Mungkin dulu kali Grogol dan kali Pesanggrahan yang mengalir melewati daerah ini, ada banyak kura-kura.
Pancoran : asal katanya dari pancuran. Tahun 1670 disini ada waduk atau tempat penampungan air dari kali Ciliwung. Di waduk ini ada 2 pancuran yang mengucurkan air dari ketinggian sekitar 10 kaki.
Pasar Baru : disebut pasar baru karena pasar yang terakhir jadi setelah lingkungan di sekitarnya dibuka oleh Gubernur Jendral Daendels.
Pasar Rumput : dulu banyak pedagang rumput pribumi yang mangkal disini. Mereka dilarang masuk ke pemukiman elit Menteng. Kenapa mereka ingin ke Meteng? Karena masyarakat Menteng banyak yang memelihara kuda buat transportasi.
Petojo : pada tahun 1663, orang-orang Bugis diberi hak pakai kawasan ini. Mereka lantas meyebut daerah ini dengan nama pemimpinnya, Ari Petuju.
Pluit : berasal dari bahasa Belanda, fluitschip yang berarti kapal layar panjang yang ramping. Alkisah di tahun 1660, diletakkan sebuah fluitschip tak terpakai bernama Hett Witte Paert yang sudah tidak layak pakai. Kapal ini dijadikan kubu pertahan untuk membantu benteng Vijhoek.
Menteng : berasal dari nama buah Menteng yang banyak terdapat di di daerah ini.
Pondok Gede : ada sebuah bangunan besar yang disebut Landhuis. Bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus usaha pertanian dan peternakan. Landhuis adalah satu-satunya bangunan yang ada disini dan sering disebut orang pribumi sebagai Pondok Gede.
Ragunan : alkisah ada tuan tanah pertama di kawasan ini yang bernama Hendrik lucaasz Cardeel. Ia pergi ke Banten karena ingin memeluk Islam dan berbakti pada kesultanan Banten. Ia lantas berganti nama menjadi Kiai Aria Wiraguna. Wiraguna dimintai bantuan oleh Sultan Haji yang saat itu tengah melakukan perebutan tahta dengan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Wiraguna berhasil memenangkan pertarungan sehingga dianugrahi gelar Pangeran Wiraguna yang kemudian menjadi asal usul nama Ragunan.
Senayan : kawasan ini dalam peta terbitan Topographisc Batavia tahun 1902, ditulis Wangsanajan atau Wangsanayan setelah ejaannya disempurnakan. Wangsanayan berarti tanah tempat tinggal atau tanah milik seseorang bernama Wangsanaya. Kata Wangsanaya akhirnya menjadi Senayan.
(source : www.budayajakarta.com )
No comments:
Post a Comment